Tergilas Digitalisasi, Media Massa Tinggal Sejarah?

KEBERADAAN Media Massa (cetak) seperti Koran Tabloid Majalah dan sejenisnya mulai menghilang, berguguran tergilas dan terdampak era digitalisasi, maka istilah Media Masa telah terkubur makna yang sejatinya, bahkan hanya meninggalkan sejarah.

Faktanya, beberapa perusahaan produk Jurnalistik telah bergeser sudah beralih dan berkiblat ke dunia digital, sehingga fungsi makna Literasi yang terbangun secara masif menyambut Indonesia Emas karena terafiliasi secara global, sehingga media cetak seakan Terdegradasi oleh jamannya.

Di kantor-kantor, warkop restoran, pos-pos penjagaan hingga di sekolah-sekolah dulu ada media dinding tidak lagi tersedia, termasuk kios dan penjaja koran di kampung dan di perempatan jalan, semuanya seperti tertelan secara masif tanpa jejak.

Meskipun masih ada beberapa media cetak yang mencoba untuk bertahan, hal itu berlaku bagi perusahaan media yang memiliki investor ataupun kolega, baik secara pribadi atau instansi yang terjalin memiliki kedekatan kerjasama maupun kontrak publikasi, itu kenyataannya menyusut drastis.

Sedangkan perusahaan media non mainstream tetap tidak bisa bertahan, meskipun terbitnya mingguan hingga bulanan tetap saja tidak berdaya.

Sampai Kapan Menunggu Kebangkitan

Saat ini, Ada berapa gelintir Media Cetak yang berusaha mempertahankan diri menerbitkan Edisi Cetaknya.

Hal itu disampaikan Direktur sekaligus Pimpinan Redaksi Media Panjinasional yang berusaha eksis, meskipun oplahnya terbatas pada wilayah tertentu.

Semula, edisi cetak Panjinasional sempat vakum selama setahun, namun semangat menerbitkan edisi cetak mencuat kembali setelah mendapatkan kritik dan masukan para Dewan Redaksi, salah satunya Sudarsono.

Sosok yang akrab dipanggil Pak Harno ini mengatakan bahwa media online itu seakan tak bermodal. Bahkan menurutnya seperti Media sosial (Medsos) pada umumnya masyarakat bisa membuat secara gratis tapi memiliki akses ke berbagai platform di kalangan dunia maya.

“Pertama yang dikenal dalam Slogan istilah Media Massa itu ya Media cetak seperti Koran, Majalah atau Tabloid. Sedangkan media elektronik itu Radio dan Televisi, hingga kini masih bertahan, kenapa yang media massa ditinggalkan, apa gak punya modal?” kritik Harno dalam forum rapat Redaksi beberapa waktu lalu.

Ditambahkan Anggota Dewan Redaksi M Chamim Rifai, mendukung statement Suharno. Bagaimana caranya membangkitkan kembali Media massa dapat hadir kembali di masyarakat meskipun itu sangat berat.

“Itu memang sangat berat dan menjadi tantangan ditengah derasnya era digitalisasi, apa mungkin media cetak bakal menjadi sejarah kejayaan

masalalu simbol Media Massa” ungkap Chamim yang juga pengurus PWI Jawa Tengah.

Di sisi lain, H Budi Leksono SH, salah satu Dewan Redaksi mengatakan masih yakin suatu saat kebangkitan Media Massa akan dibutuhkan kembali, mengingat fungsi media online itu seperti Medsos yang suatu saat bisa tergerus oleh waktu jika tidak selalu update secara maksimal.

“Era digitalisasi ini menjadi sebuah tantangan bagi pegiat atau perusahaan media online yang seharusnya selalu Update agar dapat bersaing di platform digital”, tutur Buleks sapaan akrab Budi Leksono anggota Komisi B DPRD Surabaya.

Saat ini dunia media digital sudah meningkat secara drastis dengan hadirnya berbagai platform digital yang dapat menggeser media online yang berafiliasi di jaringan Medsos, sedangkan publik mulai cerdas menggunakan Platform Digital, diantaranya seperti Youtube, Telegram, Instagram, Twitter/X, TV Online dan Podcast, termasuk platform belanja digital seperti Shopee dan TikTok semuanya hadir ke pesawat Android/Hp setiap saat, tambah Buleks yang dikenal sebagai Politikus PDIP Surabaya dan menjadi buruan insan pers karena dia selalu aktif menyapa warga dengan aksi-aksi sosialnya.*(Gtt)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *