Puluhan Wartawan Ikuti Orientasi Hidup Sehat dan Nutrisi Makanan Bergizi

Kabar Utama51 Dilihat

Kantor Berita Semarang – Lima puluh wartawan dari berbagai media baik cetak maupun eletronik di Semarang dan beberapa wilayah di Jawa Tengah, mengikuti kegiatan Orientasi Peran Jurnalis dalam Mobilisasi Masyarakat untuk Mendukung Program Pencegahan Segala Bentuk Malnutrisi di Provinsi Jawa Tengah.

Kegiatan yang diprakarsai Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Undip, itu dilaksanakan Senin 16 Desember 2024 di Rooms Inc Hotel, Jln Pemuda Semarang dan dibuka Sekretaris PWI Jawa Tengah Setiawan Hendra Kelana, mewakili ketua.

Iwan HK, panggilan akrabnya, mengatakan kondisi gizi masyarakat tidak jauh berbeda dengan kondisi media saat ini. Media juga butuh gizi dan asupan nutrisi yang cukup sehingga lebih fresh dalam berperan serta ikut mengedukasi masyarakat. “Yang jelas, wartawan juga dituntut memahami masalah gizi agar dalam penulisan dan tanggung jawabnya dalam keluarga, berjalan seimbang,” kata Iwan.

Dalam kegiatan yang dipandu Choirun Nisa tersebut hadir sebagai pemateri perwakilan Unicef untuk wilayah Jawa, Kartika Widosari dan Alifia Mukti Fajrani, serta mantan Pemred Harian Suara Merdeka Gunawan Permadi.

Persoalan seputar upaya meningkatkan perbaikan gizi masyarakat, sangat mendominasi dalam kegiatan tersebut. Selain karena topiknya menyangkut pencegahan malnutrisi, pematerinya memang piawai dan menguasai gizi yang harus diserap masyarakat.

“Kita ikut prihatin, dimana-mana hanya satu yang gemuk dari lima anak di Indonesia saat mereka berkumpul di sekolahan. Saat remaja satu yang gemuk diantara 7 anak dan ketika dewasa, baru mulai meningkat yang gemuk mungkin ini akibat mereka sudah bisa mendapatkan uang sendiri,” katanya.

Ini semua, lanjutnya, disebabkan dalam 1000 hari kehidupan awal asupan gizinya kurang tepat. Padahal asupan gizi yang kurang bagus, bisa mengakibatkan penurunan IQ sehingga proses pendidikannya pun cenderung menurun.

Alifia menjelaskan keberlangsungan hidup balita dengan gizi buruk berisiko meninggal 12 kali lipat dibanding dengan balita dengan asupan gizi yang baik. Karena itu diperlukan kepedulian semua pihak untuk mengantisipasi terjadinya gizi buruk pada balita.

“Pemantauan melalui Posyandu benar-benar diperketat bagaimana kondisi tinggi maupun berat badan balita. Makanan bergizi haris seimbang sesuai umur. Membiasakan pola hidup sehat dan bersih serta yang paling utama menyusui balita dengan ASI,” pesan Alifia.

Sementara itu Gunawan Permadi berharap agar dalam menyajikan pemberitaan bisa variatif, tidak dalam ritme satu materi sama semua. Karena itu ia membagi dalam 4 anlisis tulisan yakni berkisar tentang situasi, sasaran, pesan dan capaian. Untuk merealisasi pemahaman dalam perspektif per analisis tersebut, peserta dibagi menjadi 4 kelompok sesuai analisis yang menjadi bagiannya.

Dengan mengutip hasil diskusi per kelompok, Gunawan secara singkat menjelaskan bahwa situasi saat ini persoalan gizi menjadi persoalan nasional yang penyelesaiannya mengikutsertakan stakeholder sampai di tingkat rukun tetangga (RT). Sasarannya adalah ibu menyusui, balita dan para orang tua serta para pemangku wilayah. Mereka harus memperhatikan pesan yang terkandung dalam indikator makanan bergizi dan pola hidup sehat.

“Kalau ketiga analisis itu sudah dilaksanakan, maka capaian yang diharapkan adalah makanan bergizi selalu tersedia dan disediakan, hidup sehat akan menjadi budaya masyarakat dari berbagai lapisan dan industri makanan pun akan bersinergi dengan ketentuan tentang makanan sehat dan bergizi,” jelasnya. (Mim).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *