62 Ribu Hektar Lahan Pertanian di Jateng Beralih Fungsi Jadi Industri

Kabar Utama12 Dilihat

Semarang – Senator asal Jawa Tengah Abdul Kholik meminta agar pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Jawa Tengah betul-betul memperhatikan sektor pertanian dan ketahanan pangan. Bila memungkinkan Jawa Tengah bisa menjadi lumbung pangan nasional.

 

Hal itu diungkapkan Abdul Kholik dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar di Kantor DPD Jateng, Jalan Imam Bonjol, Kota Semarang, Rabu 13 November 2024.

 

Kegiatan bertema Evaluasi Ketahanan Pangan Provinsi Jateng dan Proyeksi Tahun 2025 itu dihadiri Fadilah Rachmawati (Wakil Kepala Bulog Kantor Wilayah Jateng), Himawan Wahyu Pamungkas (Sekretaris Dinas Pertanian Perkebunan Jateng) dan keynote speaker Abdul Kholik.

 

Kholik menjelaskan dengan dimunculkannya istilah Jateng sebagai lumbung pangan nasional, mengandung konsekuensi yang cukup besar. Keberadaannya harus diimbangi dengan support pemerintah pusat.

 

“Para petani juga harus diperhatikan kesejahteraannya. Kondisi pupuk harus tersedia sekaligus terjangkau harganya. Benih, lalu irigasinya, infrastruktur, semuanya harus tercukupi. Percepatan pembangunan, juga harus menghindari lahan pertanian sehingga rasio jumlah produk dan ketersediaan lahan bisa seimbang,” tambahnya.

 

Menurutnya, kondisi pertanian dan ketersediaan pangan di Jateng cenderung mengkawatirkan. Lahan pertanian berkurang sekitar 62 ribu hektar menjadi kawasan industri, perumahan dan industri wisata. Itu artinya, hampir sama dengan jumlah produksi gabah selama lima tahun berkurang sekitar 1 juta ton.

 

Himawan menjelaskkan bahwa konsumsi beras untuk Jawa Tengah tahun 2024 sekitar 1,1 juta ton. Perlu peningkatan produksi beras untuk menuju ketahanan pangan.

 

Dia menyebutkan, penyebab kekurangan target dari surplus beras di Jawa Tengah karena adanya beberapa faktor. Pertama karena alih fungsi lahan. Akibatnya, di tahun 2024 ini terjadi pengurangan lahan seluas 62,192 Ha. Dari luas baku sawah 1.049.661 Ha (data 2019) menjadi 987.648 Ha (data tahun 2024).

 

Kedua perubahan iklim, perubahan suhu dan pola cuaca berpengaruh kualitas air dan kuantitasnya menurun. Dan ketiga adanya gejolak harga pangan. Upaya pencegahan dan mengatasi kekurangan target surplus beras yaitu dengan intervensi pemberian bantuan pupuk organik dan peningkatan provitas, rehabilitasi lahan dan peningkatan luas baku sawah.

 

Sementara Wakil Kepala Bulog Kanwil Jateng, Fadillah Rachmawati, menyatakan menjaga ketahanan pangan dengan tiga pilar ketahanan pangan, yaitu ketersedian, keterjangkauan dan stabilitas. Diketahui, untuk stok beras di Jawa Tengah hingga akhir tahun 2024 sejumlah 267.985 ton, cukup aman hingga sebelum panen padi sekitar April 2025 mendatang. (Mim).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *